Sore itu hujan sangat deras. Yogi pun berlari
mencari tempat untuk berteduh. Saat sedang mencari tempat berteduh Yogi
terpeleset dan mengalami luka di kakinya. Sesampainya di rumah, Yogi dimarahi
oleh ibunya. Kemudian Yogi masuk ke dalam kamarnya.
Paginya, ketika Yogi ingin berangkat ke sekolah ibunya tidak mau mengantarkannya karena masih kesal dengan kejadian kemarin. Yogi pun bersedih dan terpaksa harus berangkat ke sekolah sendiri dengan berjalan kaki. Setibanya di sekolah Yogi tidak melihat siapapun di lapangan karena ia sudah terlambat, ia pun langsung berlari ke dalam kelas. Ketika Yogi masuk ke dalam kelas, semua mata tertuju kepadanya. Yogi pun merasa malu sambil terus berjalan menuju tempat duduknya.
Paginya, ketika Yogi ingin berangkat ke sekolah ibunya tidak mau mengantarkannya karena masih kesal dengan kejadian kemarin. Yogi pun bersedih dan terpaksa harus berangkat ke sekolah sendiri dengan berjalan kaki. Setibanya di sekolah Yogi tidak melihat siapapun di lapangan karena ia sudah terlambat, ia pun langsung berlari ke dalam kelas. Ketika Yogi masuk ke dalam kelas, semua mata tertuju kepadanya. Yogi pun merasa malu sambil terus berjalan menuju tempat duduknya.
Ketika pelajaran usai Yogi bermaksud menunggu jemputan dari ibunya. Setelah ia menunggu cukup lama, Yogi terpaksa pulang jalan kaki. Di tengah perjalanan dia melihat orang yang sedang mengalami kecelakaan. Yogi langsung berlari ke tempat kejadian, dia terkejut karena yang jatuh itu adalah ibunya. Yogi pun langsung minta tolong kepada orang-orang untuk membawa ibunya ke rumah sakit. Di rumah sakit ia sangat tegang dan khawatir terhadap kondisi ibunya, karena ibunya adalah satu-satunya keluarganya. Tak lama kemudian dokter menyuruhnya masuk untuk menemui ibunya. Ia lansung ke sana. Ibunya meminta maaf kepadanya. Lalu beberapa hari kemudian ibunya sehat. Ia merasa sangat senang dan bahagia.
Suatu hari di sekolah Yogi disuruh mengeluarkan uang SPP. Ia tidak mau memberitahu ibunya. Tetapi ia langsung pergi ke rumah temannya yang bernama Bagas. Yogi dan Bagas sudah berteman dari kecil sampai sekarang. Ia memberi tahu Bagas bahwa di sekolah ia disuruh mengeluarkan SPP. Bagas pun mengerti. Kemudian Bagas mengambil uang tabungannya yang cukup untuk membantu Yogi. Yogi sangat berterima kasih kepada Bagas. Kemudian Yogi pulang.
Di rumah Yogi membantu ibunya untuk menyapu halaman rumah. Tiba-tiba ia melihat cincin emas. Kemudian ia menyimpannya. Yogi pun bercerita kepada ibunya. “ Apakah ibu kehilangan cincin?” Ibunya menjawab, “Tidak pernah.”
Di dalam kamarnya, Yogi selalu memikirkan siapa pemilik cincin itu. Ia pun ketiduran. Setelah bangun dari tidurnya, Yogi langsung pergi ke rumahnya Bagas, tetapi saat sampai di sana Bagas tidak ada. Kemudian ia pulang. Di tengah perjalanan Yogi ingin kembali lagi ke rumah Bagas. Ia pun berpikir untuk menjual cincin emas itu. Tetapi Yogi tidak mau menjualnya karena belum membertahu Bagas. Yogi tidak tahu kalau Bagas sudah pindah rumah. Lalu Yogi bertanya kepada tetangga Bagas. Tetangga Bagas menjawab, “Bagas sudah pindah dari sini.”. Kemudian Yogi pun kembali kerumahnya.
Esok hari ketika perjalanan menuju ke sekolah Yogi melihat Bagas. Namun Yogi tidak menengok ke kiri atau ke kanan untuk menyeberang jalan. Akhirnya Yogi pun ditabrak oleh mobil. Bagas terlihat lari menghampirinya. Yogi sempat bilang kepada Bagas “Bawalah cincin ini untuk menggantikan uangmu.” Lalu Bagas meminta tolong kepada orang-orang untuk membawa Yogi ke rumah sakit. Namun saat tiba di rumah sakit Yogi tidak tertolong.
#sabtulis
0 komentar:
Posting Komentar