Tugas Softskill 1
1. Bahaya risiko yang dimiliki Sistem Informasi
2. 3 Jenis pada pendekatan audit berbasis risiko
3. Efek risiko dalam sistem informasi
4. Kriteria bukti audit sistem informasi
1. Bukti Fisik
Bukti fisik merupakan bukti yang akan diperoleh oleh auditor secara langsung dengan melalui pemeriksaan fisik di dalam proses audit itu sendiri. Misalnya, pemeriksaan fisik persediaan secara langsung oleh auditor. Bukti ini merupakan salah satu bukti yang mungkin paling akurat di dalam auditing. Sehingga jika anda memiliki bukti fisik. Maka tidak heran jika anda tidak perlu khawatir apabila memiliki bukti fisik.
2. Bukti Matematis
Sistem informasi membuat proses bisnis suatu organisasi menjadi lebih efisien dan efektif dalam mencapai tujuan. Sistem informasi menjadi key-enabler (kunci pemungkin) proses bisnis organisasi dalam memberikan manfaat bagi stakeholders. Seiring meluasnya implementasi sitem informasi maka kesadaran akan perlunya dilakukan pengembangan suatu system informasi.
Terdapat beberapa resiko yang mungking ditimbilkan akibat dari gagalnya pengembangan suatu system.
1. Sistem informasi yang dikembangkan tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi.
2. Melonjaknya biaya pengembangan sistem informasi karena adanya “scope creep” (atau
pengembangan berlebihan) yang tanpa terkendali.
3. Sistem informasi yang dikembangkan tidak dapat meningkatkan kinerja organisasi
2. 3 Jenis pada pendekatan audit berbasis risiko
Risiko dalam auditing berarti bahwa auditor menerima suatu tingkat ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan audit. Risiko audit yaitu risiko bahwa auditor secara tidak sadar gagal untuk menyesuaikan pendapatnya atas laporan keuangan yang salah saji secara material.
1. Risiko bawaan (inherent Risk)
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu asersi terhadap salah saji material dengan asumsi tidak ada kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang terkait. Risiko bawaan selalu ada dan tidak pernah mencapai angka nol. Risiko bawaan tidak dapat diubah oleh penerapan prosedur audit yang paling baik sekalipun.
2. Risiko Pengendalian (Control Risk)
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi, tidak dapat dideteksi maupun dicegah secara tepat pada waktunya oleh berbagai kebijakan dan prosedur pengendalian intern entitas.
3. Risiko Deteksi (Detection Risk)
Risiko deteksi merupakan risiko ketika auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi tergantung atas penetapan auditor terhadap risiko audit, risiko bawaan, dan risiko pengendalian. Semakin besar risiko audit, semakin besar pula risiko deteksi, sedangkan semakin besar risiko bawaan ataupun risiko pengendalian, semakin kecil risiko deteksi.
3. Efek risiko dalam sistem informasi
Pengaruh atau dampak yang ditimbulkan terhadap suatu proyek sistem informasi dapat berpengaruh kepada nilai unjuk kerja dari sistem yang dikembangkan, biaya yang dikeluarkan oleh suatu organisasi yang mengembangkan teknologi informasi, dukungan pihak manajemen terhadap pengembangan teknologi informasi, dan skedul waktu penerapan pengembangan teknologi informasi.
Suatu resiko perlu didefinisikan dalam suatu pendekatan yang sistematis, sehingga pengaruh dari resiko yang timbul atas pengembangan teknologi informasi pada suatu organisasi dapat diantisipasi dan di identifikasi sebelumnya. Mendefinisikan suatu resiko dalam pengembangan teknologi informasi pada suatu organisasi terkait dengan Siklus Hidup Pengembangan Sistem (System Development Life Cycle [SDLC]), dimana fase-fase penerapan SDLC dalam pengembangan teknologi informasi di spesifikasikan analisa resiko.
4. Kriteria bukti audit sistem informasi
a. Standar akuntansi keuangan (SAK)
b. Peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan tertentu
c. Anggaran atau ukuran prestasi pemilik satuan usaha.
5. Jenis - jenis bukti audit Sistem Informasi1. Bukti Fisik
Bukti fisik merupakan bukti yang akan diperoleh oleh auditor secara langsung dengan melalui pemeriksaan fisik di dalam proses audit itu sendiri. Misalnya, pemeriksaan fisik persediaan secara langsung oleh auditor. Bukti ini merupakan salah satu bukti yang mungkin paling akurat di dalam auditing. Sehingga jika anda memiliki bukti fisik. Maka tidak heran jika anda tidak perlu khawatir apabila memiliki bukti fisik.
2. Bukti Matematis
Bukti matematis merupakan bukti yang diperoleh auditor melalui perhitungan langsung, contohnya saja footing untuk penjumlahan vertikal dan cross footing untuk penjumlahan baik secara horizontal ataupun sebaliknya. Bukti matematis ini mungkin perlu proses untuk mendapatkannya. Bukti ini bersifat kuantitatif dan juga sesuai namanya yaitu matematis. Adanya bukti ini memperjelas apakah pekerjaan klien anda teliti atau tidak dalam pembuatan jurnal.
3. Bukti Perbandingan
Bukti perbandingan biasa disebut dengan bukti rasio, dimana bukti ini digunakan oleh auditor untuk menghitung rasio likuiditas, profitbilitas solvabilitas, quick ratio dan hal lainnya.
4. Bukti Dokumenter
Di jaman yang serba canggih seperti ini rasanya agak aneh jika tidak memiliki bukti dokumenter. Terlepas dari kegiatan yang tidak terlalu penting layaknya auditing saja memiliki bukti dokumenter. Apalagi mereka yang masuk ke dalam lingkup audit, selain pencatatan manual.
Dalam bukti dokumenter sendiri terbagi menjadi beberapa bagian diantarnya, bukti yang dibuat oleh pihak luar dan dikirimkan langsung kepada tim auditor. Selain itu bukti yang sudah dibuat pihak luar namun dikirim kepada auditor melalui kliennya. Terakir yakni bukti yang dibuat dan disimpan oleh klien saja. Bukti yang pertama memiliki kredibilitas sangat tinggi dibanding bukti dokumenter lainnya.
5. Catatan Akuntansi
Catatan akuntansi adalah sumber data yang bisa digunakan oleh auditor sebagai bukti audit. Dimana, catatan ini merupakan hasil kerja yang telah dibuat oleh para akuntan. Sumber data yang dimaksud merupakan dasar pembuatan laporan keuangan layaknya jurnal, dan sejenisnya.
Karena itulah catatan akuntansi dipergunakan untuk bukti yang bisa mendukung kegiatan auditing. Terutama karena catatan merupakan sistem yang sudah pasti dilakukan semua akuntan dimanapun.
6. Bukti Pengendalian Internal
Bukti pengendalian internal adalah bukti yang paling kuat ketika melaksanakan audit. Mengapa kuat ? karena kuat atau lemahnya pengendalian internalah seorang auditor bisa mendapatkan banyak bukti yang bisa dikumpulkan olehnya. Contohnya, bila resiko pengendalian internal cukup tinggi hal ni berarti resiko audit yang direncanakan harusnya rendah. Dengan judul pengendalian cukup menjelaskan bahwa kegiatan dan bukti ini cukup sulit.
7. Bukti Surat
Bukti surat atau biasa disebut surat pernyataan tertulis merupakan surat yang telah ditandatangani seorang individu yang bisa bertanggungjawab dan berpengetahuan mengenai kondisi atau kejadian tertentu, dimana bukti tertulis bisa didapat dari manajemen ataupun sumber eksternal termasuk bukti dari spesialis dan juga jurnal akuntan.
Bukti tertulis merupakan bukti yang sampai saat ini masih akurat dan diperhitungkan kebutuhannya. Surat pernyataan konsultan hukum klien, ahli teknik yang berkaitan dengan kegiatan teknik operasional organisasi klien merupakan bukti yang berasal dari pihak ketiga. Bukti tertulis juga dibuat oleh manajemen bisa berasal dari organisasi klien tersebut.
8. Bukti Lisan atau Wawancara
Bukti lisan atau wawancara merupakan bukti selanjutnya adalah hal audit. Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak sekali berhubungan dengan manusia, sehingga ia memiliki kesempatan untuk mengajukan pertanyaan secara lisan dan dalam bentuk wawancara. Masalah dapat ditanyakan langsung pada pihak terkait meliputi kebijakan akuntansi, lokasi dokumen serta adanya pelaksanaan yang tidak wajar terjadi. Hal ini akan lebih valid jika auditor tetap melangsungkan wawancara demi mendapat jawaban dan bukti lisan.
9. Bukti Konfirmasi
Bukti konfirmasi merupakan salah satu proses untuk memperoleh dan menilai suati komunikasi langsung dari pihak ketiga atas jawaban permintaan informasi tentang unsur tertentu. Hal ini mungkin sangat tinggi reliabilitasnya karena berisikan informasi dari pihak ketiga langsung baik tulis maupun lisan.
Dalam konfirmasi sendiri ada yang memiliki nilai positif seperti halnya persetujuan, konfirmasi negatif atau mereka yang menyatakan ketidaksetujuannya terhadap informasi yang telah ditanyakan. Lalu terakhir adalah blank confirmation, dimana konfirmasi yang respondenya diminta untuk memberikan informasi lain atau jawaban atas suatu hal yang sedang ditanyakan.
10. Bukti Analitik
Bukti analitik hampir serupa dengan bukti perandingan, karena bukti analitik meliputi juga perbandingan atas pos tertentu antara laporan keuangan tahun berjalan dengan tahun yang sudah lewat.
Dalam perusahaan terutama, tahun sebelumnyapun masih menjadi dasar dan acuan untuk pertimbangan. Bukti ini dikumpulkan pada awal audit untuk menentukan objek pemeriksaan yang memerlukan pemeriksaan mendalam.
11. Bukti Keterangan
Permintaan keterangan dalam sebuah prosedur audit merupakan hal yang wajar, dimana hal ini dilakukan oleh auditor terhadap objek yang sudah dianggap memiliki informasi. Selain itu bukti keterangan ini didasarkan pada adanya auditor yang memastikan buktinya pada para klien.
12. Bukti Penelusuran
Penelusuran dibutuhkan oleh para auditor mengingat terkadang pengumpulan bukti dilakukan oleh auditor baik menggunakan dokumen ke catatan akuntansi ataupun sebaliknya. Bukti penelusuran ini memudahkan para auditor dalam menemukan jenis bukti audit lain.
13. Bukti Observasi
Bukti pengamatan merupakan salah satu bukti yang juga termasuk kedalam prosedur audit. Dimana auditor memiliki kesempatan untuk melihat dan menyaksikan suatu kegiatan yang berhubungan dengan pengumpulan bukti.
14. Bukti Perhitungan
Prosedur dan bukti perhitungan merupakan salah satu bukti fisik yang terpecah, yang dilakukan dalam auditing. Auditor akan mendapatkan bukti setelah melakukan counting, tak jarang mereka bahkan melakukannya sendiri untuk memastikan apakah hasil pekerjaan benar-benar real atau adanya manipulasi yang tidak diinginkan.
Perhitungan ini sejenis dengan pengujian detail transaksi, hal ini berguna untuk mendapatkan kebenaran transaksi, ketepatan otoritas transaksi akuntansi klien dan kebenaran. Jika auditor memiliki keyakinan bahwa transaksi tersebut telah dicatat dengan tepat maka auditor dapat meyakini bahwa saldo total buku besar tentulah benar.
15. Bukti Inspeksi
Inspeksi merupakan pemeriksaan secara rinci, terhadap sebuah dokumen dan kondisi fisik yang memiliki kaitan serta menghasilakn bukti untuk mendukung laporan keuangan.Bukti ini dimasukan kedalam bukti dan prosedur dalam audit.
Bukti audit memiliki variasi yang cukup banyak pengaruhnya, sehingga auditor independen dalam rangka memberikan pendapat mengenai laporan keuangan auditan. Relevansi, ketepatan waktu serta real atau objektif merupakan bukti audit yang dibutuhkan dan juga diharapkan.
Adanya cukup banyak jenis bukti audit ini menunjukan bahwa keuangan dan laporannya merupakan hal yang harus memiliki perhatian ekstra, agar tidak terjadi kesalahan dan berujung pada salah paham atau berimbasnya baik klien, karyawan atau auditor itu sendiri. Agar tidak terjadi hal yang tidak diharapkan ketika dilakukan auditing.
REFERENSI :
1. Audit https://www.kompasiana.com/fajarssw/59795e1a7b0b8749f54f7206/masalah-dan-risiko-auditor?page=all
2. Bahaya risiko https://sis.binus.ac.id/2015/07/01/resiko-dalam-penerapan-sistem-informasi-di-perusahaan/
3. Fikri's Blog https://mamayukero.wordpress.com/2010/05/29/manajemen-resiko-dalam-pengembangan-sistem-informasi/
4. Jenis bukti audit https://dosenakuntansi.com/jenis-bukti-audit